Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya

Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya

Kementerian Pertahanan menargetkan Sukhoi SU-35 sudah bisa datang bertahap akhir tahun ini, bertepatan dengan HUT TNI 5 Oktober 2019. Namun rencana itu masih menemui sejumlah ganjalan.
Indonesia membeli 11 Unit Sukhoi seharga USD 1,14 Miliar dengan skema 50 persen uang, dan 50 persen imbal dagang atau barter komoditi. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut masih ada kendala imbal dagang dengan Rusia di Kementerian Perdagangan.

Sukhoi begini ya. Kalau antara saya dengan pabrik udah selesai. Kan sudah tanda tangan. Kontrak. Yang belum selesai adalah Kementerian Perdagangan. Karena ini kan pakai uang dengan pakai imbal dagang. 50 pakai uang 50 persen pakai imbal dagang. Artinya kita menjual karet, kelapa sawit, itu. Ini yang belum selesai, kata Ryamizard, di Kemhan, Rabu (12/6).

Menurut dia, urusan di Kemhan sudah beres. Kini tinggal menunggu di Kemendag. Namun dia belum bisa memastikan kapan Sukhoi tersebut akan datang.
Sukhoi SU-35 Terancam Tak Bisa Perkuat TNI AU Tepat Waktu, Ini Penyebabnya
Kalau saya sih enggak ada masalah. Udah selesai. Tanda tangan kok. Udah salaman. Tinggal nunggu yang kedua aja tuh imbal dagang. Tinggal nunggu pesawatnya aja, kata dia.

Proses Masih Berjalan di Kemendag


Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan proses negosiasi imbal dagang alias barter dengan Rusia masih berjalan. Diketahui imbal dagang dilakukan untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 dengan sejumlah komoditas di dalam negeri.

"Intinya menunggu Kemenhan kapan dilaksanakan, kita pihak rusia dengan imbal beli," kata dia, di Kementerian Perdagangan, Rabu (12/6).

Dia mengatakan proses negosiasi masih terus berlangsung antara Indonesia dan negeri Beruang Merah tersebut. Terakhir kedua belah pihak telah membuat grup diskusi untuk membahas kelanjutan rencana tersebut.

"Rusia belum mau berunding untuk komoditi apa saja. Bukan belum mau tapi mau, jadi dibuat working grup," ujarnya.

Dalam kelompok tersebut akan disusun komoditas apa saja yang diinginkan Rusia. Juga disusun mekanisme imbal dagang Indonesia dan Rusia. "Dibuat komoditi apa saja yang dibutuhkan Rusia. Jadi akan dibentuk grup pihak Rusia dengan kita buat grup karena kan mekanisme imbal beli harus disusun," tandasnya.

Reporter: Putu Merta Surya Putera dan Wilfridus Setu Embu [ian]

Berkomentarlah Dengan Bijak
EmoticonEmoticon