Memprihatinkan! Selama 1 Tahun Terakhir, Nenek Niarti Bertahan Hidup dengan Minum Air Rebusan Batu

Memprihatinkan! Selama 1 Tahun Terakhir, Nenek Niarti Bertahan Hidup dengan Minum Air Rebusan Batu


PONTIANAK – Seorang warga usia lanjut bernama Niarti (60), Jalan Apel, Gang Jambu Air, Kecamatan Pontianak Barat, Kalimantan Barat, terpaksa meminum air rebusan batu untuk bertahan hidup selama 1 tahun terakhir.

"Saya sudah sepuluh tahun ini hidup menderita sakit dan karena tidak punya uang untuk beli makanan, makanya hanya meminum air rebusan batu," kata Niarti di Pontianak, Rabu (25/10/2017).

Saat dikunjungi, kondisi nenek yang hidup sebatang kara itu tampak lemas tidak berdaya. Sementara rumahnya tampak sangat memprihatinkan dengan kondisi pengap dan terlihat batu berserakan di dalam rumah tersebut.

Memprihatinkan! Selama 1 Tahun Terakhir, Nenek Niarti Bertahan Hidup dengan Minum Air Rebusan Batu

Sedangkan untuk memasak, Niarti hanya memiliki kompor yang terbuat dari batu yang disimpan di luar rumah.

Ketua RT 01/RW 14, Agus Yadi mengatakan, sejak diketahui nenek itu menderita sakit, warga berinisiatif mengusulkan kepada pemerintah agar Niarti mendapatkan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.

"Kami sudah mengusulkan agar nenek Niarti ini mendapat bantuan, baik di tingkat kelurahan dan kecamatan, tetapi hingga kini belum juga mendapat bantuan," uCapnya.

Sementara itu, Ketua Kadin Kota Pontianak, Herry Fadillah mengatakan, begitu dirinya mengetahui ada kabar warga hidup dengan hanya meminum air rebusan batu, ia segera melakukan penyelamatan membawa nenek tersebut ke rumah sakit.

"Nenek Niarti langsung kami bawa ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapat pertolongan. Apalagi nenek itu sudah mengonsumsi air rebusan batu selama satu tahun," katanya.

Fadillah juga mengatakan, dirinya akan melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat untuk menentukan langkah terbaik terkait kelangsungan hidup nenek Niarti ke depannya.

Menurut Fadillah, kini nenek Niarti sudah dirawat di rumah sakit terbaik di Kota Pontianak guna mendapatkan perawatan intensif.

"Kami dari Kadin Kota Pontianak nantinya berencana memperbaiki rumah nenek Niarti agar layak ditempati," katanya.

Sumber : Okezone(erh)


Jenderal Gatot: Jelang Pilkada, TNI-Polri Harus Akur

Jenderal Gatot: Jelang Pilkada, TNI-Polri Harus Akur


Makassar - Jelang tahun politik 2018, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berharap seluruh pasukan TNI akur dengan anggota Polri. Dia mengatakan keakraban ini penting demi ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Sangat diperlukan dalam menjaga keamanan. TNI dan Polri harus solid dalam menjaga kesatuan NKRI, karena yang paling pertama dapat dipecahkan adalah Polri dan TNI," kata Gatot Nurmantyo di Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu 25 Oktober 2017.

Menurut dia, seluruh anggota juga harus taat dan patuh kepada atasan. Tidak kalah penting, pasukan TNI dan Polri harus mementingkan rakyat di atas segala-galanya.
Jenderal Gatot: Jelang Pilkada, TNI-Polri Harus Akur
"TNI dan Polri harus taat pada hukum karena TNI dan Polri juga merupakan alat politik negara. Sehingga dalam menjalankan politik negara yang baik, maka Polri dan TNI juga harus taat pada atasannya," ujar Gatot.

Selain itu, Gatot menyebut Polri merupakan ibu dari TNI. Sementara, ibu dari Polri adalah rakyat. Oleh karena itu, dia berpesan TNI pun harus mengadopsi semboyan Polri, yakni "melayani dengan hati".

"Artinya Polri harus betul-betul melayani rakyat dengan baik dan sungguh-sungguh. Mengingat rakyat merupakan ibu kita dan kita lahir dari rakyat. Sehingga kita perlu terus meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat," jelas Gatot. SUMBER : LIPUTAN6

Isu 7 Jenderal TNI yang pernah dilarang masuk Amerika Serikat

Isu 7 Jenderal TNI yang pernah dilarang masuk Amerika Serikat


Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ditolak masuk ke Amerika Serikat. Panglima sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan tanggal 23 hingga 24 Oktober 2017 di Washington DC.
Namun saat akan naik pesawat Emirates dari Jakarta, Panglima TNI dilarang berangkat. Padahal Jenderal Gatot sudah mengantongi visa AS dan undangan resmi dari Panglima Tentara Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford.

Atas insiden ini, Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan telah meminta maaf. Namun Kedubes AS tak menjelaskan kenapa Panglima TNI sampai ditolak.

Isu penolakan petinggi TNI masuk ke AS ini sebenarnya bukan hal baru. Tahun 2014 lalu, menjelang Pemilihan Presiden di Indonesia, isu penolakan AS pada para jenderal ini sempat ramai.
Isu 7 Jenderal TNI yang pernah dilarang masuk Amerika Serikat
Adalah adik Prabowo, pengusaha Hashim Djojohadikusumo yang mengungkap selain Prabowo ada beberapa jenderal lain yang pernah dicegah masuk AS.

Hal ini dibenarkan oleh mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto. "Memang ada fakta kalau 7, 9, 10 jenderal kita diembargo Amerika Serikat, karena kasus pelanggaran hukum, mengapa harus dibantah. Itu fakta," kata Endriartono tahun 2014 lalu.

Embargo Amerika itu, kata purnawirawan jendral TNI tersebut, terjadi setelah kasus Timor-Timur (sekarang Negara Timur Leste setelah lepas dari Indonesia tahun 1999) dan kasus Tragedi 1998 (Reformasi 98).

"Kita pernah diembargo dua kali. Itu terjadi zamannya Timor Timur dan pembakaran Jakarta tahun 1998, tapi itu haknya Amerika untuk mengembargo jenderal-jenderal kita. Tapi ya nggak usah dihiraukan, yang penting kita bisa menjadi negara mandiri," beber dia.

Endriartono juga menegaskan, bahwa Indonesia tidak perlu takut dengan ancaman negara lain.

Hashim sempat menyebut beberapa jenderal yang pernah dilarang ke AS adalah Jenderal (Purn) Wiranto, dan Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo.

Para jenderal yang disebut membantah kabar itu. Wiranto misalnya menyebut kabar dia ditolak ke luar negeri cuma untuk menjegal pencapresannya kala itu.

Begitu juga dengan Pramono Edhie Wibowo. Mantan Kepala Staf TNI AD itu membantah dicegah masuk AS. Sebagai perwira Kopassus, Pramono mengaku beberapa kali mengunjungi AS untuk mengikuti latihan.

"Selain pernah menjalani pendidikan Special Forces di Amerika Serikat pada tahun 1985, 1986 dan 1998, kemudian di tahun 2012 silam, saya kembali mengunjungi Amerika Serikat, tepatnya di Pangkalan Komando Militer Amerika Serikat-US Asia Pacific Command (USPACOM) di Hawai dalam kapasitas saya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat," jelas Edhie tahun 2014 lalu.

Sementara pada tanggal 6 Februari 2014 yang baru lalu, dia juga diundang untuk menghadiri sebuah undangan acara tahunan dari Presiden Barack Obama. Acara makan bersama itu diinisiasi oleh Dewan Kongres Amerika Serikat, yang 140 pemimpin dunia lainnya, juga turut hadir.

"Sayang sekali undangan ini tidak bisa saya penuhi terkait dengan jadwal persiapan debat bernegara konvensi calon presiden Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat. Undangan tersebut dilayangkan kepada saya oleh Senator Louie Gohmert dan Janice Hahn tertanggal 8 Januari 2014," jelas Edhie.

Lebih lanjut Edhie menyatakan bahwa dirinya selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. "Saya tidak ditolak, seandainya pun terjadi saya ditolak untuk mengunjungi sebuah negara tertentu, hal tersebut tidak akan membuat saya gentar ataupun khawatir sedikit pun," tegas dia.

Bangsa Indonesia, lanjut dia, bukan bangsa kelas 2, bukan bangsa penakut. "Saya akan hadapi itu semua karena semangat saya tidak akan pernah surut dalam membangun bangsa indonesia menjadi lebih baik dan mewujudkan indonesia yang sejahtera rakyatnya. Pramono Edhie Wibowo tidak pernah gentar hanya karena penolakan sebuah negara."

Menurutnya, Indonesia adalah negara besar yang berdaulat dan bermartabat. "Seharusnya semua negara bisa saling bersahabat di era sekarang ini," kata Edhie. [ian]

SUMBER : MERDEKA

(Sejarah) Misi rahasia Kopassus menyusup ke garis musuh dengan kapal selam

(Sejarah) Misi rahasia Kopassus menyusup ke garis musuh dengan kapal selam


Perintah dari Komando Mandala jelas dan tegas. Segera daratkan pasukan sebanyak-banyaknya di Papua sebagai awal dari Operasi Jayawijaya.

Saat itu Papua masih bernama Holandia. Belanda enggan menyerahkan pulau di ujung timur itu pada Indonesia sesuai hasil konferensi Meja Bundar. Tahun 1962 Papua dipertahankan dengan kuat oleh Belanda. Deretan kapal perang, pasukan marinir dan sejumlah kapal tempur Belanda sudah siaga menghadapi perang besar.

Presiden Soekarno pun menggelar operasi militer besar-besaran untuk merebut Papua dari tangan Belanda.

Salah satu fase Operasi Jayawijaya adalah menyusupkan infiltran sebanyak-banyaknya ke Papua. Pasukan elite TNI seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD kini Kopassus), Banteng Raider, Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat kini Paskhas TNI AU), diterjunkan dengan pesawat C-130 Hercules atau Dakota C-47 di belantara Papua.

(Sejarah) Misi rahasia Kopassus menyusup ke garis musuh dengan kapal selam

Misi mereka merebut Biak atau kota-kota lainnya dari tangan Belanda. Minimal mengalihkan perhatian tentara Belanda saat Operasi Jayawijaya digelar.

Namun ada satu misi khusus yang tak biasa kala itu. Menyusupkan pasukan elite ke belakang garis musuh dengan menggunakan kapal selam. Sepanjang sejarah TNI, baru sekali misi seperti itu digelar.

Awal 1960an, persenjataan, TNI tak kalah dengan negara-negara barat. TNI AL misalnya yang baru kedatangan sejumlah kapal perang dan 12 kapal selam paling canggih saat itu dari Uni Soviet.

Maka Komando Mandala menilai misi tersebut sangat mungkin dijalankan. Untuk pasukan yang dipilih adalah Detasemen Pasukan Chusus (DPC) dari RPKAD pimpinan Letnan Satu Dolf Latumahina. Mereka dilengkapi senapan AK-47 yang ketika itu masih terbatas jumlahnya. Setiap prajurit juga dilengkapi dengan peralatan survival yang cukup untuk bertahan hidup.

Baca Juga :
Kisah Jenderal TNI larang Kopassus latihan di AS karena bisa bikin manja
Pasukan Elit Inggris SAS Merinding Saat Lihat Kopassus Latihan

Misinya, pasukan diangkut dari Teluk Kupa-kupa di Halmahera menuju Teluk Tanah Merah di Papua dengan kapal selam. Setelah dekat pantai, kapal selam akan muncul ke permukaan. Pasukan RPKAD akan memompa perahu karet dengan pompa udara bertekanan tinggi. Selanjutnya mereka akan mendayung ke arah pantai sementara kapal selam kembali ke wilayah Indonesia.

Ancaman terbesar muncul dari kapal perang Belanda yang rutin melakukan patroli. Sementara itu di bawah laut, dua kapal selam Belanda terus mengejar keberadaan kapal selam TNI AL. Lalu ada pesawat intai Neptune yang terbang rendah siang malam. Jelas tak mudah menembus blokade itu. Namun prajurit TNI tak gentar.

Tanggal 15 Agustus 1962, tiga kapal selam berangkat dari Teluk Kupa-kupa dengan kerahasiaan penuh. Radio dimatikan untuk menghindari bocornya informasi ke tangan Belanda. Masing-masing kapal disesaki oleh 15 anggota pasukan RPKAD bersenjata lengkap.

Misi berjalan penuh rintangan. Kapal selam RI Nagarangsang terpergok kapal perang Belanda dan akhirnya terpaksa kembali ke pangkalan.

Sementara RI Trisula membatalkan pendaratan dan memanggil kembali pasukan RPKAD yang sudah berada di pantai. Padahal pasukan RPKAD sudah mencapai sasaran. Penyebabnya pesawat patroli Belanda Neptune sudah mendekat. Begitu juga Destroyer Belanda yang terus berputar-putar di lokasi mereka.

Kapal selam ketiga adalah RI Tjandrasa. Ketegangan saat pendaratan pasukan dilukiskan oleh perwira torpedo Letnan Subagijo.


"Tanggal 22 Agustus 1962 pukul 22.00 WIB, RI Tjandrasa muncul setengah ke permukaan. Jarak dari kapal ke pantai kira-kira dua kilometer. Perahu karet dikeluarkan lewat conning tower dan dipompa siap untuk pendaratan," kata Subagijo seperti ditulis wartawan senior Atmadji Sumarkidjo dalam buku Mission Accomplished, yang diterbitkan Kata Hasta Pustaka tahun 2010.

Namun tiba-tiba cahaya terang menyinari buritan kapal. Pesawat Neptune menembakkan peluru suar hingga suasana malam berubah menjadi terang benderang. Lampu sorot pesawat pun diarahkan ke kapal selam.

Baca Juga :
Ternyata Di Desa Ini, TNI AU Terjunkan Pasukan Khusus untuk Pertama Kalinya
Pasukan SAS Inggris yang Terkenal Hebat Saja Akui Kopassus Lebih Hebat, Masa Kita Tidak?

Sesuai prosedur, seluruh pasukan RPKAD diperintahkan kembali masuk. Kapal selam langsung melakukan crash dive untuk ke dalam lautan untuk menghindari pantauan pesawat musuh.

Setelah menjauh, diadakan perencanaan ulang. Dengan dramatis Komandan RI Tjandrasa Mayor Mardiono memutuskan pendaratan akan kembali diulang keesokan harinya. Keputusan yang penuh dengan risiko karena bukan tidak mungkin Belanda akan melakukan patroli di tempat yang sama.

Jika misal saat menurukan pasukan RPKAD tiba-tiba datang pesawat Belanda kembali apa yang harus dilakukan? Apakah menyelamatkan kapal selam dengan menyelam dan meninggalkan pasukan RPKAD? Atau menunggu semua masuk dulu dengan resiko ditembaki musuh? Atau apakah pendaratan kembali diulang? Sungguh berat keputusan yang harus diambil.

"Di sinilah terasa beratnya tanggung jawab komandan kapal selam mengenai keberhasilan tugas yang dipercayakan kepadanya," kata Mayor Mardiono.

Ketika hari mulai gelap para pemberani itu mengulangi aksi mereka. Tak jauh dari lokasi kemarin, RI Tjandrasa kembali muncul setengah. Dengan mantap satu demi satu proses evakuasi pasukan dijalankan. Tak ada pesawat atau kapal Belanda yang terlihat saat itu.

Baca Juga :
Kisah dramatis operasi intelijen tempur Kopassus bekuk menteri GAM
Divisi Siliwangi : Jalan maut, neraka kematian serdadu musuh di Jawa Barat - Commando

"Tiga sekoci pendarat diselimuti kegelapan dengan didayung lepas dari RI Tjandrasa menuju pantai pendaratan. Suasana tenang, sepi, hanya suara dayung pasukan kita yang terdengar," kata Letnan Subagijo melukuskan suasana malam itu.

Seluruh awak RI Tjandrasa menahan napas menyaksikan perahu karet mencapai sasaran. Mereka memastikan semuanya aman sebelum kembali menyelam dan keluar dari wilayah Belanda.

Setelah jauh baru semuanya menarik napas lega. Misi telah sukses dilaksanakan!

Itulah keberhasilan awak RI Tjandrasa yang kemudian hari diganjar Bintang Sakti. Penghargaan tertinggi untuk keberanian dan keberhasilan di medan tugas bagi seorang prajurit TNI.

Namun perang besar di Papua batal terjadi karena akhirnya Indonesia dan Belanda menyepakati gencatan senjata. Kelak Papua kembali ke pangkuan Indonesia lewat penentuan pendapat suara rakyat. [ian] Merdeka

Kisah Jenderal TNI larang Kopassus latihan di AS karena bisa bikin manja

Kisah Jenderal TNI larang Kopassus latihan di AS karena bisa bikin manja


US Custom and Border Protection menolak Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berkunjung ke Amerika Serikat (AS). Padahal Jenderal Gatot hendak memenuhi undangan Pangab Amerika Serikat Jenderal Joseph F. Durford, Jr.

Mendapat perlakuan tersebut, Jenderal Gatot langsung melapor ke Presiden Joko Widodo. Jokowi pun dengan tegas meminta Gatot tak perlu berangkat sebelum masalah ini clear.

Kedubes AS sudah meminta maaf atas insiden ini. Namun mereka tak menjelaskan kenapa Jenderal Gatot bisa sampai dilarang. Menlu Retno Marsudi menegaskan ini adalah masalah penting dan pihak AS harus memberi penjelasan.

Bukan kali ini saja AS menolak para Jenderal TNI. Pemerintah Amerika Serikat juga melarang personel militernya berlatih dengan Komando Pasukan Khusus TNI AD atau Kopassus.

Kisah Jenderal TNI larang Kopassus latihan di AS karena bisa bikin manja

Aturan itu dibuat mulai tahun 1999 hingga 2010. Alasan AS Kopassus terlibat dalam berbagai kasus pelanggaran HAM di dalam negeri.

Sempat muncul bocoran kabel Wikileaks Australia lah yang aktif melobi AS agar mengizinkan Kopassus bisa berlatih di Amerika. Seperti diketahui sudah lama pasukan khusus Australia SAS mengadakan latihan rutin dengan Kopassus.

Menteri Pertahanan era SBY, Purnomo Yusgiantoto menyangkal Indonesia pernah melobi Amerika Serikat (AS) agar mencabut larangan pelatihan Kopassus. Dia menegaskan Kopassus tak terlalu butuh latihan dengan AS.

"Kita punya lahan yang luas di Indonesia. Kita bisa latihan sendiri," kata Purnomo saat itu.

"Sebetulnya hubungan antara negara pada prinsipnya adalah kesetaraan. Sama derajatnya. Tidak ada ketergantungan," lanjut mantan Menteri ESDM ini.

Baca Juga :
Kisah ironi operasi militer menumpas gerilyawan Kalimantan Utara
Deretan prajurit muda Kopassus bikin preman lari ketakutan

Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo yang menjadi Danjen Kopassus era 2008 juga menjelaskan tak cuma petinggi TNI yang dilarang masuk AS. Sejumlah perwira Kopassus mengalami hal sama. Padahal kata Edhie, para perwira muda itu sama sekali belum merasakan bertugas di Timor Timur.

Jauh sebelum itu, para pendiri satuan antiteror sebenarnya tak terlalu melirik AS untuk berlatih.

Awal periode 1980an, Letjen Benny Moerdani menjabat Asisten Intelijen Hankam sekaligus Kepala Pusat Intelijen Strategis. Dia memerintahkan Letkol Sintong Panjaitan mencari formula paling tepat untuk membangun pasukan antiteror Indonesia.

Namun Benny berpesan satu hal, jangan berlatih di Amerika Serikat. Alasannya, AS terlalu mengandalkan kecanggihan alat dan keunggulan teknologi.

"Hal ini dapat menyebabkan personelnya menjadi manja," kata Sintong dalam buku biografinya Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

Maka Sintong melakukan pengamatan ke sejumlah negara yang sudah memiliki pasukan antiteror. Dia mengikuti pasukan Special Air Service (SAS) di Inggris. Pasukan ini memang sudah jadi legenda pasukan elite. Sintong mempelajari cara-cara penanggulangan pembajakan pesawat udara.

Selain itu dia juga belajar pada Korps Commando Troepen kerajaan Belanda. Lalu pasukan khusus angkatan laut Prancis.

Tak ketinggalan dia juga belajar pada GSG-9 atau Grenzchutzsgruppe 9. Pasukan antiteror Jerman Barat itu namanya harum berkat keberhasilan membebaskan sandera di Mogadishu, Somalia.

Sementara di Asia, Sintong memilih pasukan khusus Korea Selatan. Kelebihannya, pasukan ini selalu melakukan latihan bela diri selama empat jam setiap hari jika tak sedang melakukan operasi.

Baca Juga :
Kisah Prajurit TNI yang Antar Pulang Siswa SD di Daerah Pedalaman
Kisah Nyata ! 4 Orang Prajurit, Sanggup Membuat Satu Pleton Musuh Lari KOCAR-KACIR!

Namun Sintong mengaku tak begitu terkesan dengan apa yang ditampilkan oleh pasukan elite setiap negara. Menurutnya, setiap misi pembebasan sandera rata-rata berada di tempat yang sudah dikuasai penuh. Misi berakhir setelah sandera diselamatkan.

Hal ini berbeda dengan latihan Sandi Yudha yang dilakukan Kopasandha. Pasukan yang kelak bernama Kopassus ini dilatih untuk membebaskan tawanan di tempat yang dikuasai musuh. Jadi setelah membebaskan tawanan, mereka juga harus memikirkan bagaimana cara meloloskan diri.

Maka Sintong meramu bagaimana latihan pasukan antiteror yang cocok untuk Indonesia. Belum rampung segala persiapan, tantangan sudah lebih dulu datang. 28 Maret 1981 pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia dibajak dan diterbangkan ke Bandara Don Muang, Bangkok.

Operasi pembebasan sandera digelar tiga hari kemudian. Semua sandera berhasil diselamatkan hidup-hidup sementara lima pembajak ditembak mati. Operasi Woyla jadi sorotan dan membuktikan pasukan antiteror Indonesia yang baru seumur jagung sama hebatnya dengan para senior mereka di dunia. [ian] Merdeka


Panglima TNI Ditolak Masuk AS, Ini Perintah Presiden Jokowi ke Menlu Retno

Panglima TNI Ditolak Masuk AS, Ini Perintah Presiden Jokowi ke Menlu Retno


JAKARTA - Pihak Istana ikut berkomentar mengenai tindakan otoritas dalam negeri Amerika Serikat (AS) yang menolak kehadiran Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo masuk ke wilayah mereka.

Juru Bicara Presiden, Johan Budi SP menjelaskan, Panglima TNI mengaku sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kendati begitu, Presiden belum mendapatkan penjelasan mengenai hal tersebut.

"Pak Presiden meminta Kemenlu dalam hal ini Menlu untuk menindaklanjuti informasi yang disampaikan kepada Presiden itu," ujar Johan di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/10/2017).

Menurut Johan, Presiden Jokowi sudah memerintahkan Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi untuk mencari penjelasan atau klarifikasi dari AS. Menurut dia, mengenai perkembangan tersebut bisa ditanyakan kepada Menlu.
Panglima TNI Ditolak Masuk AS, Ini Perintah Presiden Jokowi ke Menlu Retno

"Saya dengar dubes akan dipanggil untuk dimintai informasi," tandasnya.

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo tiba-tiba saja tidak boleh memasuki negara Amerika Serikat. Belum jelas alasan terkait larangan Gatot Nurmantyo untuk masuk ke wilayah Negeri Paman Sam tersebut.

Berdasarkan penjelasan Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto, Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) tersebut hendak menghadiri undangan ‎acara pertemuan antar Panglima se-Asia Pasifik di Washington DC, yang akan dilangsungkan pada 22-23 Oktober 2017.

Setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng, Jakarta Barat, pada Sabtu, 21 Oktober 2017, Gatot pun bersama istri dan sejumlah delegasi melakukan pengecekan.‎ Namun, saat akan berangkat ke Washington DC, Gatot diberitahu oleh maskapai penerbangan Emirates bahwa dirinya ditolak untuk masuk ke Amerika Serikat.

"‎(Larangan) disampaikan melalui maskapai. Nah kita lagi minta penjelasan," kata Wuryanto di kantor Panglima TNI, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Minggu (22/10/2017).

Atas pelarangan tersebut, Gatot pun telah melapor kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi. Bahkan, mantan Dankodiklat TNI AD tersebut sudah mengirim surat ke Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Amerika Serikat Jenderal Joseph F Durford.


Sumber : Okezone (rfa)

Jenderal Gatot Nurmantyo Ditolak Masuk ke AS, Hanura: Panglima TNI Mewakili Indonesia, Bukan Pribadi

Jenderal Gatot Nurmantyo Ditolak Masuk ke AS, Hanura: Panglima TNI Mewakili Indonesia, Bukan Pribadi

JAKARTA - Partai Hanura menyesalkan terjadinya peristiwa ditolaknya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ke Amerika Serikat. Padahal tujuan Gatot ke Amerika Serikat bukan atas nama pribadi, melainkan mewakili Indonesia untuk menghadiri undangan acara Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization pada 23-24 Oktober.

Terungkap! Ini Penjelasan Pejabat Keamanan Amerika soal Panglima TNI Ditolak Masuk AS
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Tridianto menilai, hubungan persahabatan kedua negara bisa terganggu lantaran Amerika Serikat dianggapnya tak menghormati Indonesia.

"Panglima TNI itu bukan pribadi Pak Gatot Nurmantyo tapi mewakili nama Indonesia. Harusnya AS menghormati Indonesia. Indonesia dan AS sudah lama bersahabat, kok perlakuannya tidak pantas kepada Panglima TNI?" jelas Tridianto saat dihubungi, Senin (23/10/2017).

Jenderal Gatot Nurmantyo Ditolak Masuk ke AS, Hanura: Panglima TNI Mewakili Indonesia, Bukan Pribadi

Menurut Tridianto, Amerika Serikat harus segera memberikan alasan yang jelas dan tuntas mengapa Gatot tak diperbolehkan masuk ke Amerika Serikat. Hal ini sebagai bentuk menghargai martabat bangsa dan negara Indonesia.

"Pihak Kedubes AS yang sudah minta maaf perlu dihargai tapi penjelasan pihak AS lebih penting, karena ini kaitannya dengan martabat bangsa dan negara Indonesia. Menurut saya, martabat bangsa tak boleh dipermainkan pihak lain," ungkapnya.

Diketahui Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan delegasi diundang secara resmi oleh Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS). Jenderal Joseph F Dunford yang merupakan sahabat sekaligus senior Gatot. Namun, saat berada di Bandara Soekarno-Hatta dan hendak check in pada Sabtu 21 Oktober 2017 lalu, maskapai penerbangan Emirates memberitahukan bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS. Padahal Gatot dan delegasi sedianya sudah mengantongi visa dari AS untuk hadir dalam acara Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization.

Panglima TNI pun telah melaporkan kejadian ini pada Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto. Ia juga telah mengirim surat kepada Jenderal Dunford untuk mempertanyakan insiden tersebut.


Sumber : Okezone(rfa)

Kisah ironi operasi militer menumpas gerilyawan Kalimantan Utara

Kisah ironi operasi militer menumpas gerilyawan Kalimantan Utara


Jenderal (Purn) Abdullah Makhmud Hendropriyono meluncurkan buku berjudul Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin. Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini menceritakan pengalaman tempur Hendro sebagai perwira pertama Pusat Pasukan Khusus (kini Kopassus) TNI AD di Kalimantan Utara. Banyak hal menarik yang ditulis Hendro dalam buku ini.

Hendro melukiskan kondisi politik setelah Orde Lama runtuh dan digantikan Orde Baru. Banyak kebijakan yang langsung berubah 180 derajat. Termasuk soal konfrontasi dengan Malaysia. Di era Soekarno, Indonesia jor-joran mendukung perlawanan rakyat Serawak dan Kalimantan Utara memerangi Malaysia dan Inggris.

Pemerintah bahkan melatih komandan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) Bong Kee Chok dan adiknya, Bong Hon. Mereka dilatih oleh Badan Pusat Intelijen, RPKAD, Marinir, Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara dan Mobile Brigade Polri. Seluruh perhatian pemerintah Indonesia tahun 1964-1965 tercurah pada konfrontasi dengan Malaysia.
Kisah ironi operasi militer menumpas gerilyawan Kalimantan Utara
Pemerintah juga menyuplai senjata untuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Bahkan sejumlah pasukan elite Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dikirim sebagai sukarelawan dan bergabung dengan TNKU. Mereka bertempur dengan pasukan komando Inggris di belantara Kalimantan.

Tapi saat Presiden Soekarno lengser dan digantikan Presiden Soeharto, kebijakan berubah drastis. Orde Baru yang menuding konfrontasi dengan Malaysia disusupi komunis. Pemerintah Indonesia pun kemudian menghentikan dukungan pada PGRS dan TNKU. Mereka meminta gerilyawan PGRS meletakkan senjata dan menghentikan perlawanan.

"Dari 838 anggota TNKU hanya 99 orang yang taat meletakkan senjatanya dan menyerahkannya pada pos polisi atau pos tentara terdekat. Selebihnya 739 orang membangkang. Jumlah senjata yang tidak dikembalikan sekurang-kurangnya 538 pucuk, terdiri atas bren, stengun, senapan dan pistol. Selain itu ada juga granat-granat tangan buatan Pindad," kata Hendropriyono (hal 64).

Maka ABRI dan Polri dikirim kembali ke Kalimantan Utara, tapi kali ini untuk memerangi para muridnya sendiri yang dulu dilatih untuk berjuang melawan neokolonialisme. Gerilyawan PGRS dan Paraku yang berada di hutan-hutan belum mengetahui hal ini.

Setelah tahu mereka kini harus saling berhadapan, para anggota PGRS, TNKU, ABRI dan Polri itu banyak yang menangis tersedu-sedu dan saling berangkulan sebelum mereka menyatakan perpisahan. Tapi sebagai alat negara, tugas berat itu tetap harus dikerjakan ABRI dan Polri.

"Kenyataan bahwa politik kerap kali membuat alat negara melaksanakan tugas dengan beban mental yang sangat berat. Perubahan haluan politik ini sangat menyakitkan, sehingga rasa kemanusiaan mereka hanyut dalam arus kekecewaan yang sangat dalam," beber Hendro.

PGRS adalah murid para prajurit ABRI. Berjuang bersama melawan Inggris di Kalimantan Utara dan Serawak. Kini guru harus membunuh anak-anak murid sendiri. PGRS harus melawan gurunya sendiri yang sangat dihormati dan dicintai. Itu semua karena perubahan haluan politik Indonesia yang berdamai dengan Malaysia.

Maka walau pahit, guru dan murid saling berhadapan di rimba Kalimantan. Tak mudah memerangi PGRS yang sangat mengenal baik medan gerilya dan mendapat dukungan masyarakat. ABRI melatih mereka dengan baik sehingga pasukan PGRS paham intelijen, konsep gerilya, hingga menyerang dengan senyap dan terkoordinasi.

Tahun 1967 PGRS pimpinan Lim Fo Kui alias Lin Yen Hoa dan Bong Khe Chok mengadakan pertemuan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) di bawah pimpinan S.A Sofyan dam Tan Bu Hiap di Bukit Bara, sebelah Timur Sambas, Kalimantan Barat. Mereka membentuk suatu koalisi perjuangan yang dinamakan BaRA atau Barisan Rakyat. Salah satu poin kesepakatan, PGRS akan mendirikan negara komunis Serawak yang merdeka. Suatu pasukan baru bernama Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) didirikan.

Ketangguhan PGRS/Paraku terbukti saat mereka menyerang Pangkalan Singkawang II Angkatan Udara RI di Sangau Ledo. Operasi ini berjalan sangat baik. Mereka berhasil merampas 153 pucuk senjata AURI dari berbagai jenis. Serangan direncanakan dengan baik, terkoordinasi dan rapi. Mereka mempraktikkan apa yang diajarkan ABRI pada mereka.

"Ini merupakan suatu hal yang hanya lazim dapat dilakukan oleh pasukan komando regular yang terlatih sangat baik. Tidak seperti oleh pasukan gerilya yang tidak teratur," puji Hendro.

Pemerintah Indonesia pun terkejut atas keberhasilan tersebut. Sebagai balasan, Mabes ABRI menggelar Operasi Bersih II. Pasukan Kodam XII Tanjungpura kini diperkuat satuan Puspassus TNI AD.

Peperangan guru melawan murid pun berkobar. Pedih, tapi harus dilakukan. [ian]

Sumber : Merdeka

Mengenal Sosok Bong Kee Chok, komandan gerilya bermata harimau

Mengenal Sosok Bong Kee Chok, komandan gerilya bermata harimau


Akhir 1960an hingga 1970an awal, Bong Kee Chok alias Yusuf Said menjadi target utama pasukan gabungan Indonesia-Malaysia. Ribuan prajurit kedua negara memburunya di kelebatan hutan Kalimantan.

Bong Kee Chok dilatih tentara Indonesia saat konfrontasi dengan Malaysia. Dia mendirikan Pasukan Gerilya Serawak (PGRS) untuk memerangi Inggris bersama tentara Indonesia. Kemudian kebijakan Orde Baru, berbalik memusuhi PGRS, karena dicap komunis. Maka walau pedih, Bong Kee Chok memerangi gurunya sendiri, tentara Indonesia.
Mengenal Sosok Bong Kee Chok, komandan gerilya bermata harimau
Bukan perkara mudah menangkap komandan gerilya ini. Indonesia dan Malaysia mengerahkan satuan elitenya untuk terus melacak jejak Bong Kee Chok.

Salah satunya adalah AM Hendropriyono dan tim pasukan elite baret merah TNI AD. Hendro saat itu masih menjadi perwira pertama. Hendro berhasil menangkap atau menewaskan tokoh-tokoh gerilyawan di Kalimantan, tetapi pria yang digelari si tikus hutan ini tak tertangkap.

Baru pada November 1973, akhirnya Bong Kee Chok mau keluar hutan dan menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Malaysia.

Pada tahun 2005, Hendropriyono yang sudah pensiun dari TNI dan berpangkat jenderal baru bisa melihat wajah Bong Kee Chok. Pertemuan itu digelar di Hotel Four Seasons Singapura berkat jasa kenalan Hendro.

Maka setelah 38 tahun, Hendro akhirnya bisa bertemu bekas musuhnya. Tak ada amarah atau dendam, hanya rasa hormat dan kagum dari dua prajurit tua ini.

"Ini jagoan yang saya tunggu tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan ia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas," kata Hendro melukiskan pertemuan pertama tersebut.

Keduanya berbincang akrab. Ternyata Bong Kee Chok kehilangan jari tengah dan telunjuk tangan kanan saat bergerilya. Penyebabnya ternyata granat tua dari Indonesia yang meledak sebelum dilempar. Sementara luka-luka lama Hendro saat berduel dengan salah satu pimpinan PGRS, Ah San, juga masih ada.

Banyak pikiran yang berkecamuk, seperti kenapa dulu saling bertempur dan saling menyiksa hanya karena perang yang mau memaksakan ideologi, keyakinan atau kehendak suatu pihak kepada pihak yang lain?

Tapi keduanya tak menyesal dengan pilihan yang diambil. Hendro sadar dirinya prajurit Indonesia yang wajib membela negara. Dalam bertempur pilihannya membunuh atau dibunuh.

"Sementara Bong Kee Chok tidak menyesal terhadap perjuangan PGRS di masa lampau karena perjuangannya itu merupakan sebutir batu dari sejumlah batu-batu sandungan bagi kapitalisme kuno yang ortodoks," jelas Hendro.

Keduanya berjabat tangan erat sebelum berpisah. Tertawa. Mengenang pengalaman masa muda mereka sebagai sesama prajurit tempur. [ded]

Merdeka

5 bukti kalau Haji Agus Salim bertubuh kecil tapi bernyali besar

5 bukti kalau Haji Agus Salim bertubuh kecil tapi bernyali besar



Satu di antara banyak pahlawan Indonesia yang patut diteladani adalah Haji Agus Salim, pendiri Sarekat Islam. Haji Agus Salim adalah wartawan, sastrawan, ulama, ahli bahasa, diplomat, dan politikus dengan tinggalan keteladanan yang tak akan lekang oleh zaman. Tindakannya saat itu patut untuk terus dipelajari dan diteladani oleh seluruh masyarakat Indonesia yang tak bisa bertemu langsung dengannya.“Kepandaiannya luar biasa. Dalam seratus tahun hanya lahir satu manusia semacam itu,” puji Bung Hatta.

Haji Agus Salim adalah sosok yang berani. Meskipun tubuhnya kecil, tapi nyalinya sungguh besar. Keberaniannya sama sekali tak sebanding dengan ukuran fisik tubuhnya.

Berikut bukti-bukti yang berhasil dihimpun brilio.net, Rabu (9/12) dari banyak sumber yang menunjukkan bahwa meskipun bertubuh kecil, tapi Haji Agus Salim mempunyai nyali yang sangat besar.

5 bukti kalau Haji Agus Salim bertubuh kecil tapi bernyali besar



1. Menguasai 9 bahasa, tapi berani hidup melarat.

Menurut catatan harian Prof Schermerhorn, pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, Haji Agus Salim adalah orang yang sangat pintar. Ia seorang jenius yang mampu menguasai dengan sempurna sedikitnya sembilan bahasa. Tapi hanya satu kelemahan dari Haji Agus Salim, yaitu hidup melarat.

2. Agus Salim lebih baik keluar daripada disetir oleh Belanda.

Meskipun hidup miskin, tapi nyali Haji Agus Salim sungguh luar biasa. Jika tidak setuju, maka ia tak akan mengubah pendiriannya hanya karena keadaannya yang pas-pasan. Salah satu contohnya, dia memilih keluar dari media yang memaksanya menuruti kemauan pemiliknya, yakni orang Belanda. Padahal saat itu ia harus menanggung hidup 6 anaknya.


Temannya mengejek bahwa tindakannya salah, apa yang ia lakukan justru membuatnya miskin. Namun, dengan sikapnya yang keras kepala dan mendengarkan suara hati, dia justru disegani dan dihormati oleh banyak orang Belanda.

3. Tidak menggurui tapi memberi solusi.
Suatu ketika, generasi muda yang mendapati kesulitan datang kepadanya untuk meminta solusi. Agus Salim pun dengan tegas memberikan pandangannya kepada anak-anak muda yang sedang menunggu solusi.“Jawabannya ada di saudara-saudara. Ini persoalan saudara, bukan saya. Lihat anak saya (sambil menunjukkan anak kecilnya), kalau dia kugendong terus, maka tidak akan bisa berjalan. Biarlah dia mencoba berjalan, jatuh sekalipun, maka dia akan beroleh pengalaman,” kata Agus Salim seperti yang dieritakan Natsir pada suatu hari.

4. Agus Salim tak membalas lawan yang mengejeknya dengan emosi.

Suatu hari dalam sebuah rapat Sarekat Islam (SI), Haji Agus Salim mendapat ejekan dari Muso, tokoh Si Merah yang berhaluan komunis, sedangkan Agus Salim adalah SI Putih.Dalam buku Mengikuti Jejak H Agus Salim dalam Tiga Zaman karangan Untung S, pada awalnya Muso memulai ejekan itu ketika berada di podium. “Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?”

“Kambing!” jawab para hadirin.

“Lalu, orang yang berkumis itu seperti apa”

“Kucing!”

Haji Agus Salim sadar sedang menjadi sasaran ejekan Muso karena dialah yang memelihara jenggot dan kumis. Tak ia tak langsung emosi. Saat gilirannya berpidato tiba, ia tak mau kalah. “Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?” Hadirin berteriak riuh, “Anjing!”

5. Berani memberitakan tentang penderitaan buruh di pedalaman Jawa, Sumatera, dan kalimantan. Saat itu belum banyak ditemui orang seperti dia.

Sebagai pemimpin surat kabar Fadjar Asia, Haji Agus Salim berani turun tangan ke lapangan untuk melihat keadaan buruh di pedalaman Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Dengan berani ia memberitakan tentang keadaan buruh-buruh yang diperas tenaganya dengan upah sangat minim. Agus Salim sangat sedih melihat rakyat Indonesia dipaksa kerja oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia menceritakan bagaimana rakyat dipaksa membuka hutan belukar, diperas tenaganya dari matahari terbit sampai terbenam. Berkat itu, Himpunan Serikat Buruh Belanda (Nederlands Verbond va Vakverenigingen) mengangkat Agus Salim sebagai penasihat penuh di Konferensi Buruh Sedunia (ILO) yang berlangsung di Jenewa.

ppy

(SEJARAH) Bikin Trenyuh, Ketika Gaji Tentara Malaysia 20 x Gaji TNI!

(SEJARAH) Bikin Trenyuh, Ketika Gaji Tentara Malaysia 20 x Gaji TNI!


Setelah Presiden Soekarno lengser, tak ada lagi operasi Dwikora mengganyang Malaysia. Pemerintahan Presiden Soeharto menjalin persahabatan dengan Malaysia dan menumpas gerombolan Pasukan Gerilya Rakyat Serawah (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Padahal di masa Soekarno, PGRS didukung penuh oleh pemerintah dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Gerilyawan PGRS dilatih ABRI dan mereka sama-sama bertempur melawan Malaysia dan Inggris.
(SEJARAH) Bikin Trenyuh, Ketika Gaji Tentara Malaysia 20 x Gaji TNI!
Dalam operasi gabungan Indonesia dan Malaysia menumpas PGRS/Paraku, banyak kejadian menarik. Salah satunya saat tentara Indonesia terkagum-kagum melihat fasilitas Tentara Diraja Malaysia.

Hal itu ditulis Hendropriyono dalam buku berjudul Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin. yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas.

Ceritanya saat itu Letnan Dua AM Hendropriyono bergabung dengan Detasemen Tempur 13 Pasukan Khusus Angkatan Darat. Mereka bersama pasukan Malaysia melakukan pengejaran pada gerilyawan.

Namanya pasukan elite,pergerakan pasukan baret merah ini pun berbeda dengan pasukan reguler. Karena itu mereka sering tak sempat memasak. Bahkan prajurit lebih sering makan beras mentah. Jika sempat memasak, lauknya pun hanya ikan asin.

Sementara itu makanan tentara Malaysia saat itu sudah wah. Kornet daging sapi, ikan sardin dan makanan kaleng lain.

Saat istirahat, pasukan khusus Indonesia hanya membuat bivak dari jas hujan. Untuk alasnya hanya plastik dan berbantalkan ransel.

"Kami merasa heran melihat Askar Melayu Diraja Malaysia yang setiap beristirahat memasang tenda loreng yang indah, dilengkapi dengan kantin dan tenda kesehatan. Mereka juga berbaring di atas tempat tidur lapangan (field beld)," kata Hendro.

Di kesempatan lain, Hendro berbincang soal gaji dengan tentara Malaysia. Untuk pangkat Letnan Dua, gaji tentara Malaysia sekitar 650 ringgit. Di tahun 1972 itu setara dengan Rp 62.400. Sementara letnan dua TNI cuma Rp 3.120.

"Artinya gaji prajurit Malaysia 20 kali lipat gaji prajurit TNI dalam pangkat yang sama," kenang Hendro.

Lalu apa TNI jadi minder?

"Tidak sama sekali! Prajurit TNI sudah kenyang dibina dengan doktrin kejuangan untuk rela hidup seperti generasi terdahulu di zaman revolusi," kata Hendro tegas.

Tapi ada saja sedikit rasa iri pada prajurit TNI. Mereka pun mencoba menghibur diri sendiri.

"Kalau mereka kan diwarisi budaya tentara Inggris yang profesional," kata Pratu Jeje, anggota saya yang rajin mengaji, tanpa ia mengerti apa artinya profesional. Ketika saya tanya apa maksudnya profesional dengan pandir dijawabnya, "Bayaran, Letnan. Sersan Pangat menyambut, entah diarahkan kepada siapa. "Kalau kita kan tentara pejuang yang mengabdi dengan sukarela, ya?" beber Hendro. (Hal 91).

"Begitulah diskusi 'kampungan' kami untuk mengusir rasa iri hati yang tidak pada tempatnya."

Sumber : Merdeka

Mengharukan !Kisah Perjuangan Sang Jenderal Bermantel Luluh, dan Berparu-Paru Sebelah saat Membela Tanah Air !

Mengharukan !Kisah Perjuangan Sang Jenderal Bermantel Luluh, dan Berparu-Paru Sebelah saat Membela Tanah Air ! 


Sang Jendral terbatuk-batuk sepanjang malam dalam sebuah pondok reot di tengah hutan. Mantel lusuhnya tidak mampu menahan udara dingin malam itu.

Itulah peristiwa pada suatu malam di belantara Jawa tahun 1949. Soedirman  tidak menyerah, paru-parunya terus digerus penyakit TBC yang makin parah.

Di luar pondok, berjaga belasan pengawal Soedirman. Mereka tahu saat ini sang panglima menjadi buruan nomor satu pasukan baret merah Belanda, Korps Speciale Troepen (KST). Nyawa Soedirman dalam bahaya besar.
Mengharukan !Kisah Perjuangan Sang Jenderal Bermantel Luluh, dan Berparu-Paru Sebelah saat Membela Tanah Air !
Tak ada pengawal Soedirman yang tidak meneteskan air mata. Betapa teguh hati jenderal bermantel lusuh yang sakit-sakitan itu.

Jendral Soedirman ditandu

Soedirman lahir tahun 1916 di Desa Bantarbarang, Purbalingga, Jawa Tengah. Awalnya Soedirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah. Dia kemudian mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Soedirman menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di Kroya. Setelah kemerdekaan, Soedirman mendapat pangkat kolonel dan memimpin Divisi Y. Dia membawahi enam resimen di Jatiwangi, Cirebon, Tegal, Purwokerto, Purworedjo dan Cilacap.

Baca Juga :
Prajurit Intel Tempur Merupakan Mata dan Telinga Kostrad
Kisah Nyata ! 4 Orang Prajurit, Sanggup Membuat Satu Pleton Musuh Lari KOCAR-KACIR!

Nama Soedirman bersinar saat pertempuran di Ambarawa. Dalam pertempuran yang terjadi tahun 1945 itu, Soedirman dan pasukannya berhasil memukul pasukan Inggris. Dalam sidang tentara, Soedirman kemudian terpilih menjadi panglima TNI. Soedirman memikul tanggung jawab besar. Mempertahankan kemerdekaan RI dari kemungkinan ancaman agresi militer Belanda.

Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut Yogya hanya dalam hitungan jam. Mereka pun menangkap para pimpinan republik. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan hampir seluruh pejabat negara saat itu.

Tapi Soedirman tidak mau menyerah. Dia menolak permintaan Soekarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Saat itu ada perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan pemimpin militer. Soedirman memilih masuk hutan. Memimpin pasukannya dari belantara hutan dan mengorbankan perlawanan semesta sesuai perintah siasat nomor satu.

Baca :
Pasukan SAS Inggris yang Terkenal Hebat Saja Akui Kopassus Lebih Hebat, Masa Kita Tidak?
VIDEO: Aksi Keren TNI di HUT Sulsel, Ada 'Penyergapan Teroris' Hingga Atraksi Sukhoi

Soedirman memerintahkan seluruh prajurit TNI untuk membentuk kantong-kantong gerilya. Mundur dari daerah perkotaan yang dikuasai Belanda dan bersiap untuk bergerilya dalam waktu yang panjang.

Dimulailah perjalanan legenda itu. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan. Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada.

Ibukota negara boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah. Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.

Kondisi kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu. Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu. Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman.

Pasukan baret merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat memburu Soedirman.

Perjuangan Soedirman tidak sia-sia. Berbagai serangan yang dilakukan TNI mampu mendesak Belanda duduk ke meja perundingan. Hingga akhirnya Belanda setuju untuk meninggalkan Yogyakarta.

Maka Soedirman kembali ke Yogyakarta. Resimen-resimen TNI berbaris menyambutnya. Mereka tidak kuasa menahan haru melihat tubuh kurus yang berbalut mantel seperti milik petani itu. Para prajurit tahu hanya semangat yang membuat Pak Dirman tahan bergerilya berbulan-bulan.

Baca Juga :
(Video) Mengungkap Misteri Sjam Kamaruzaman yang Disebut Otak G30/S PKI!
Menolak Lupa Pertempuran RPKAD VS Gurkha, Tentara 'Terkejam' di Dunia

Mata para prajurit yang berbaris rapi itu basah oleh air mata. Dada mereka sesak saat memberikan penghormatan bersenjata pada Soedirman.

Semua tahu, gerilya yang dilakukan Soedirman besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya, Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan Internasional.

Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer.

Soedirman meninggal 29 Januari 1950. Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya.

sumber : merdeka

Kisah Nyata ! Walau Cuma 4 Orang Prajurit, Sanggup Membuat Satu Pleton Musuh Lari KOCAR-KACIR!

Kisah Nyata ! Walau Cuma 4 Orang Prajurit, Sanggup Membuat Satu Pleton Musuh Lari KOCAR-KACIR!

Baku tembak tak terelakkan. Desingan senapan mesin pun tak berhenti menyentak. Walaupun hanya terdiri dari empat prajurit, mereka tidak gentar.

Usianya memang senja, tangan pun mulai bergetar saat menggoreskan pena. Namun detik-detik peristiwa tepat di hari pertama tahun 1964 tidak pernah beranjak dari memorinya. Soetoyo ingat jelas, tepat pukul 15.00 Wita, tentara Inggris dan Gurkha menyerang pos tempatnya berjaga di Krayan, perbatasan Kalimantan dengan Malaysia

Kisah Nyata ! Walau Cuma 4 Orang Prajurit, Sanggup Membuat Satu Pleton Musuh Lari KOCAR-KACIR!

Soetoyo paham betul menjadi seorang pejuang mesti memiliki moral yang tinggi. Karena itu, walau empat rekannya sesama pejuang di garis depan berdarah-darah dibantai musuh, tak sedikit pun ada gentar dalam sanubarinya. Malahan semangatnya meletup-letup mempertahankan perbatasan negeri dari geliat pasukan asing.

“Jam tiga sore, terdengar suara pistol disertai lemparan granat. Salah seorang dari kami mengecek ke pos jaga dan kembali melapor. Tiga teman kami gugur, seorang lagi luka parah. Rupanya kami diserang,” kisah Soetoyo mengulas kembali baku tembak pertama dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia di Kalimantan

Baca Juga :
Kisah Kopassus berani masuk sarang musuh sendiri tanpa senjata
Tak Pandang Bulu .. Galaknya Panglima TNI Habisi Komplotan Jenderal Korup!

Sejak semester kedua 1963, dia bersama tujuh rekannya ditugaskan menjaga wilayah perbatasan Kaltim dengan Malaysia. Regunya berada di daerah Krayan, Nunukan, bersebelahan dengan wilayah Ba’kelalan, Serawak yang masuk wilayah Malaysia. Sebuah bukit dan tanah lapang sepanjang lima kilometer menjadi  pemisah antara Indonesia dengan negeri jiran tersebut.

Batalion tentara Inggris yang dibantu pasukan Gurkha bersiaga di Ba’kelalan. Sebuah bandara menjadi pangkalan mereka, mengancam kedaulatan Indonesia. “Itu serangan militer pertama. Sebelum-sebelumnya hanya ketegangan antara dua negara yang dimulai dengan perobekan foto Presiden Soekarno dan diinjaknya Garuda Pancasila di Kuala Lumpur,” beber Soetoyo.

Diserang, Soetoyo dan rekan-rekannya membalas. Mereka mengejar tentara musuh hingga melewati perbatasan. Baku tembak tak terelakkan. Desingan senapan mesin jenis M43 pun tak berhenti menyentak.

Walaupun hanya terdiri dari empat prajurit, Soetoyo dan rekan-rekannya tak gentar. Sekalipun mereka menyadari tengah berhadapan dengan satu peleton prajurit musuh.

Baca Juga :
Kisah dramatis operasi intelijen tempur Kopassus bekuk menteri GAM
Begini Perjuangan 4 Anggota TNI yang hilang di Tengah Laut hingga Ditemukan Tim SAR

“Kami tahu mereka satu peleton karena ada suara letusan pistol. Yang membawa pistol itu hanya komandan peleton,” ujarnya dalam suara parau.Semangat membela tanah air disertai darah muda yang menggebu-gebu membuat Soetoyo bertempur tanpa beban.

Dia masih bujang kala itu, usianya belum genap 22 tahun. Namun semakin memasuki daerah lawan artinya semakin dekat dengan maut. Pertahanan Inggris pun memberikan perlawanan. Hujan peluru membuat Soetoyo dan kawan-kawan mesti bertempur cerdas.

“Kami sadari lawan kami tidak sedikit. Apalagi kami masuk wilayah musuh. Kami sempat berlindung beberapa jam. Setelah memastikan telah mengusir prajurit musuh dari wilayah Indonesia, baru kami kembali ke pos,” tutur Soetoyo yang mengawali karier militernya di Sekolah Calon Tamtama (Secata) Jember ini.

Dia menyesalkan leher senapan mesin M43 yang terkena tembakan musuh. Sehingga tidak dapat memutar dan hanya membidik ke satu arah. Padahal dengan kemampuan menembakkan 500 peluru dalam satu rantai, pasti bisa menembak lebih banyak prajurit musuh bila dapat berputar.
Hebatnya, senapa mesin itu digerakkan oleh rekan Soetoyo di pos jaga yang selamat meski harus kehilangan satu kaki.

“Walaupun terluka parah karena serangan musuh dan kehilangan kakinya, namun dia masih bisa bergerak untuk mengoperasikan senapan. Membuat prajurit musuh kocar-kacir masuk ke hutan,” kenangnya.

Setelah selamat dalam pertempuran tersebut, Soetoyo dan rekan-rekannya terus mendapat intimidasi dari tentara Inggris yang membantu Malaysia. Beberapa kali tentara Inggris melayangkan ultimatum, memaksa Soetoyo dan regunya di perbatasan untuk melambaikan bendera putih.

 Di antara ultimatum itu mengabarkan bahwa pasukan Indonesia termasuk pasukan khusus RPKAD telah menyerah, menyimpulkan perjuangan Soetoyo dan rekan-rekannya sia-sia.

“Tapi kami tidak gentar. Karena kami berada di wilayah kami sendiri. Kami tidak mau menyerah,” ungkap pria kelahiran Kediri, 2 November 1942 ini.

Empat bulan mempertahankan pos perbatasan, Soetoyo ditarik kembali ke Balikpapan. Dia hendak dididik mengoperasikan senjata penangkis serangan udara Batalion Arsu. Sementara tugasnya di Krayan digantikan pasukan batalion 517.

Namun saat berada di Malinau dalam perjalanan ke Balikpapan, dia mendengar kabar pasukan Inggris menyerang Krayan hingga ke daerah perkampungan. Batalion 517 yang menggantikan regunya pun hancur lebur dalam serangan tersebut.

      “Mungkin intelijen musuh mengetahui bahwa pasukan yang berjaga merupakan pasukan baru yang belum mengenal medan. Lalu mereka memutuskan menyerang dengan brutal,” sebutnya.

Lepas pendidikan di Balikpapan, Soetoyo ditugaskan di Batalion 609 di Hulu Mahakam, yang kini masuk wilayah Kutai Kartanegara (Kukar). Setelah konfrontasi dengan Malaysia berakhir tahun 1966, dia dipanggil kembali ke batalionnya di Balikpapan. Setahun kemudian dia dipindahtugaskan menjadi Polisi Militer dan pindah ke Kota Tepian tahun 1970.

“Saya jadi polisi militer sampai pensiun tahun 1990. Karena saya sempat bertempur dalam konfrontasi dengan Malaysia dan mendapatkan penghargaan Dwikora, saya disarankan mendaftar ke Legiun Veteran,” tandas kakek dari 19 cucu ini.

sumber : patriotnkri

Tak Pandang Bulu .. Galaknya Panglima TNI Habisi Komplotan Jenderal Korup!

Tak Pandang Bulu .. Galaknya Panglima TNI Habisi Komplotan Jenderal Korup!


Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bertekad membersihkan korupsi di tubuh TNI. Permainan dalam pengadaan dan pembelian alutsista yang dikenal sebagai 'lahan basah' di masa lampau, kini diobrak-abrik. Satu persatu anggota TNI yang terlibat diproses hukum tanpa ampun.

"Tahun ini TNI berkonsentrasi bersih-bersih terhadap korupsi," kata Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu.

Jenderal Gatot sadar, tidak mungkin korupsi di TNI itu hanya antar TNI, tetapi antar TNI dengan sipil. Untuk membekuk komplotan itu, TNI menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Tak Pandang Bulu .. Galaknya Panglima TNI Habisi Komplotan Jenderal Korup!
Hasilnya mulai terlihat, sejumlah perwira bahkan, jenderal diseret ke jalur hukum.

Pertama ada Brigjen TNI Teddy Hernayadi yang divonis seumur hidup dalam kasus korupsi pengadaan alutsista senilai USD 12 juta atau senilai Rp 156 Miliar. Hal itu dilakukan Tedy saat masih berpangkat kolonel. Beberapa alutsista yang dikorupsinya di antaranya adalah pembelian helikopter Apache dan jet tempur F-16.

Lalu ada seorang pejabat Badan Keamanan Laut Indonesia (Bakamla) yang menjadi tersangka korupsi pengadaan alat monitoring satelit. Laksamana Pertama TNI BU, yang kasusnya kini masih berjalan.

Polisi Militer menggeledah rumah jenderal bintang satu ini. Ditemukan uang dolar Singapura sebanyak 80 ribu dan USD 50 ribu.

Kini yang masih hangat soal Pembelian helikopter AW101. Sudah ditolak sebagai pesawat kepresidenan oleh Jokowi, tapi tiba-tiba datang ke Halim. Aroma dugaan korupsi pun menguat.

Presiden Jokowi memerintahkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan KPK mengusut tuntas masalah ini. Hasilnya, ditemukan kerugian negara sebesar Rp 220 miliar.

Polisi Militer TNI dan KPK bergerak cepat. Dari pihak militer, POM sudah menetapkan tiga tersangka. Salah satunya seorang perwira tinggi bintang satu dari TNI AU.

"Marsma FA, pejabat pembuat komitmen," kata Jenderal Gatot Nurmantyo di KPK, Jumat (26/5).

Selain Marsma FA, POM juga menetapkan Letkol WW sebagai pejabat pemegang kas dan Pelda SS sebagai staf pemegang kas.

"Kejahatan korupsi adalah perbuatan melawan hukum dan di TNI korupsi ini sangat merugikan prajurit karena yang menjadi objek adalah prajurit, dan yang melakukan adalah penentu kebijakan dan bisa membahayakan prajurit karena membeli alat utama sistem senjata dari hasil korupsi, pasti tidak maksimal dan melemahkan NKRI," tegas Jenderal Gatot.

Sumber : merdeka

Kedubes AS Ungkap Peristiwa 1965, Panglima TNI: Itu Biasa Saja

Kedubes AS Ungkap Peristiwa 1965, Panglima TNI: Itu Biasa Saja


Jakarta - Kedubes Amerika Serikat membuka dokumen tentang peristiwa 1965 lewat data dari National Security Archive (NSA), National Declassification Center (NDC), dan National Archives and Records Administration (NARA). Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo buka suara.

"Ya, itu kan di negara-negara itu ada aturan. Setelah dokumen disimpan sekian, dikeluarkan, itu biasa-biasa saja," ujar Gatot di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/10/2017).

Kedubes AS Ungkap Peristiwa 1965, Panglima TNI: Itu Biasa Saja

Soal pembukaan dokumen tersebut, Gatot menegaskan itu kebijakan AS. Gatot tak mau berkomentar lebih panjang.

"Aturan negara beda-beda. Dokumen dikeluarkan, tapi kan kita belum tahu. Tanya sama badan intelijen," ucap Gatot.

Sebanyak 39 dokumen dengan tebal 30 ribu halaman tersebut merupakan catatan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia sejak 1964 hingga 1968. Isinya antara lain seputar pertikaian tentara dengan PKI, termasuk efek selanjutnya berupa pembantaian massal.

Sumber : Detik (rvk/rvk)

Satgas TMMD OBA Berikan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di wilayah Kec. Oba Kota

Satgas TMMD OBA Berikan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di wilayah Kec. Oba Kota


Keberadaan Satgas TMMD ke-100 Kodim 1505/Tidore di tengah-tengah masyarakat adalah dalam rangka membangun serta membantu Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di wilayah Kec. Oba Kota. Tidore Kepulauan Prov. Maluku Utara. Dimana selain mengerjakan pekerjaan dengan sasaran fisik Satgas juga melakukan pekerjaan dengan sasaran yang bersifat non fisik.
Satgas TMMD OBA Berikan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di wilayah Kec. Oba Kota
Salah satu bagian sasaran non fisik adalah penyuluhan atau sosialisasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang melayani warga desa dari awal pembukaan hingga saat ini. Didalam Satgas TMMD sendiri terdapat Tim Kesehatan yang memiliki tugas untuk selalu siap melayani masalah-masalah kesehatan yang terjadi.

Tim kesehatan Satgas TMMD ke 100 Kodim 1505/Tidore tidak hanya melayani Prajurit saja, namun juga melayani seluruh warga desa. Tak ayal, setiap hari Tim kesehatan ini banyak melayani masyarakat, baik yang sekedar cek kesehatan maupun berobat dan tak jarang pada malam hari mereka ditelpon untuk mengobati masyarakat. "Kami sangat bersyukur dan senang, sebagai Tim kesehatan Satgas TMMD ke 100 Kodim 1505/Tidore membawa manfaat dan di sambut sangat baik oleh Masyarakat" terang Sertu Rofiul di sela-sela kegiatan.

Usai Ngamuk dan Nantang Anggota TNI Duel, Begini Wajah Sopir Truk Saat Berada ke Denpom

Usai Ngamuk dan Nantang Anggota TNI Duel, Begini Wajah Sopir Truk Saat Berada ke Denpom


Insiden baku hantam kembali terjadi yang melibatkan seorang sopir truk dan anggota TNI di Jalan R.E Martadinata, Samarinda. Insiden tersebut direkam dalam sebuah video yang menjadi viral di media sosial. Diduga keributan dipicu saat sopir truk tak sengaja menyerempet motor anggota TNI yang membonceng istrinya dalam kondisi hamil.

Tak terima diserempet, anggota TNI tersebut kemudian menegur sang sopir truk.
Bukannya minta maaf, sopir truk justru membalas dengan bentakan hingga akhirnya terjadi adu jontos. Sopir itupun tak henti mengeluarkan kata umpatan meski warga sekitar sudah mencoba melerai keduanya.
Usai Ngamuk dan Nantang Anggota TNI Duel, Begini Wajah Sopir Truk Saat Berada ke Denpom

SUDAH SALAH NGOTOT PULA 


Di Samarinda tepatnya di Jl. Martadinata terjadi keributan antara sopir truk dam dengan anggota TNI.

Menurut informasi warga, keributan dipicu oleh sopir truk dam yang menyerempet motor anggota TNI yang sedang membonceng istrinya dalam kondisi hamil. Anggota TNI kemudian menegur sopir truk dam tersebut, bukan minta maaf malah membalas dengan bentakan hingga akhirnya terjadi keributan.

Warga yang melihat segera menengahi. Anggota TNI kemudian diminta meninggalkan lokasi. Si sopir tidak hentinya mengeluarkan kata umpatan bahkan sempat menjalankan truknya untuk ditabrakkan ke anggota TNI tersebut.

Sampai akhirnya si sopir diamankan ke markas TNI untuk dimintai keterangan.
Dia juga mengakui kesalahannya dan minta maaf kepada prajurit TNI agar permasalahan tidak diperpanjang.

Netter yang melihat tayangan tersebut geram karena ulah supir truk tersebut.
Mereka menilai permintaan maaf menjadi kata ampuh saat seseorang melakukan kesalahan yang sebenarnya tak perlu dilakukan.

Begini komentar netizen:

miftahudin48 Kalo udah sampe markas TNI baru ngaku salah F*CK lah

rio.prayoga Kenapa makin banyak orang2 sok jago di negara tercinta ini ya, sampah!

dhay_soedradjat Ditegur sesama manusia aja masih gak mau terima gimana klo di tegur malaikat izjroil modar lo

evanlfc Jaman skrg bnyk bgt yaa orang salah .trus ujungnya minta maaf.maafin sih iya.tpi keplak dlu kepalanya ...

hikma_rosdiana_k Terulang lagi.. Minta maaf lagi...

fauzi.alwi19 Ahh ee lo lagu lama giliran ketangkep minta maaf govlookk

ilham3449 enak ya zaman suharto...yang kayk beginian tinggal selesaikan ajha malam nya...masukin karung ikat pake tali kasih pemberat masukin ke sungai atau laut biar mati tenggelam....

robyjayakusumah Lu nantangin duel TNI, ya elah udh tua bukanya mikir

rereretno_22 Terus semangaatt TNI , jaga NKRI

jose.acton Semua ini karena masalah perut kalo dipikir pikir..masyarakat kita di akar rumput makin susah cari

makan..pengaruhnya ke emosi individu..ada pematik sedikit sudah pada gelap mata..akhirnya pada sumbu pendek kalo ngadepin masalah..

Hingga akhirnya sopir truk yang belum diketahui identitasnya itu diamankan ke markas TNI setempat untuk dimintai keterangan.

Setelah dimintai keterangan, akhirnya sopir truk tersebut mengakui kesalahannya.
Dia meminta maaf agar masalah tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.

Video permintaan maaf sang sopir pun tak kalah viral di media sosial.


Berikut ungkapan permintaan maaf sopir truk tersebut:

"Saya minta maaf kepada TNI atas kejadian tadi sore di jalan R.E Martadinata, Kota Samarinda karena saya mengeluarkan kata-kata kasar, kotor.

Saya mengakui perbuatan saya salah.

Saya minta maaf kepada pihak TNI dan masalah ini sudah dimediasi atau diselesaikan di kantor Denpom Kota Samarinda.

Dan saya sudah membuat surat pernyataan."

Sumber : Tribun

VIDEO: Aksi Keren TNI di HUT Sulsel, Ada 'Penyergapan Teroris' Hingga Atraksi Sukhoi

VIDEO: Aksi Keren TNI di HUT Sulsel, Ada 'Penyergapan Teroris' Hingga Atraksi Sukhoi

VIDEO: Aksi Keren TNI di HUT Sulsel, Ada 'Penyergapan Teroris' Hingga Atraksi Sukhoi

Perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-348 Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung meriah di kawasan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (18/10/2017). Berbagai acara ditampilkan oleh masyarakat, TNI dan Polri usai pelaksanaan upacara.


Acara yang paling menarik perhatian yakni pertunjukan yang dilakukan prajurit TNI AD, AL, dan AU.

Dimulai dengan belasan prajurit Paskhas TNI AU dan Marinir TNI AL terjun payung dan mendarat di lokasi acara, dan juga di atas kapal TNI AL.

Setelah itu, dilanjutkan dengan simulasi penyergapan teroris yang dilakukan Marinir TNI AL dan Pasukan Raider TNI AD.

Pasukan TNI AL menyerbu dari laut, melumpuhkan teroris dan menghancurkan tempat persembunyian mereka dengan bom.

Dari darat, pasukan Rider TNI AD kemudian menyergap dan menembaki teroris dan juga meledakkan rumah persembunyian mereka.

Simulasi tersebut disambut tepuk tangan dari ribuan undangan yang hadir.
Acara kemudian ditutup dengan atraksi tiga pesawat Sukhoi TNI AU yang terbang rendah dan bermanuver di depan panggung. (*)

Sopir Truk Ngamuk Usai Serempet Anggota TNI dan Istrinya yang Hamil, Videonya Viral di Media Sosial

Sopir Truk Ngamuk Usai Serempet Anggota TNI dan Istrinya yang Hamil, Videonya Viral di Media Sosial


Insiden baku hantam kembali terjadi yang melibatkan seorang sopir truk dan anggota TNI di Jalan R.E Martadinata, Samarinda. Insiden tersebut direkam dalam sebuah video yang menjadi viral di media sosial.

Diduga keributan dipicu saat sopir truk tak sengaja menyerempet motor anggota TNI yang membonceng istrinya dalam kondisi hamil.
Sopir Truk Ngamuk Usai Serempet Anggota TNI dan Istrinya yang Hamil, Videonya Viral di Media Sosial
Tak terima diserempet, anggota TNI tersebut kemudian menegur sang sopir truk.

Bukannya minta maaf, sopir truk justru membalas dengan bentakan hingga akhirnya terjadi adu jontos. Sopir itupun tak henti mengeluarkan kata umpatan meski warga sekitar sudah mencoba melerai keduanya.

Hingga akhirnya sopir truk yang belum diketahui identitasnya itu diamankan ke markas TNI setempat untuk dimintai keterangan. Setelah dimintai keterangan, akhirnya sopir truk tersebut mengakui kesalahannya dan meminta maaf agar masalah tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.

Berikut ungkapan permintaan maaf sopir truk tersebut:

"Saya minta maaf kepada TNI atas kejadian tadi sore di jalan R.E Martadinata, Kota Samarinda karena saya mengeluarkan kata-kata kasar, kotor.
Saya mengakui perbuatan saya salah.

Saya minta maaf kepada pihak TNI dan masalah ini sudah dimediasi atau diselesaikan di kantor Denpom Kota Samarinda.

Dan saya sudah membuat surat pernyataan." 

Kisah Prajurit TNI yang Antar Pulang Siswa SD di Daerah Pedalaman

Kisah Prajurit TNI yang Antar Pulang Siswa SD di Daerah Pedalaman


Jakarta - Rahmat (7) dan Suheimi (9), siswa di SD Negeri 1 Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara berdiri di depan pintu gerbang. Mereka menanti kedatangan seorang prajurit TNI Angkatan Darat yang akan mengantar pulang dengan motor.

Pemandangan itu terjadi hampir tiap harinya saat waktu pulang sekolah tiba. Prajurit Satgas TNI Manunggal Membangun Desa, Kopda Afrizal menyempatkan untuk mengantar pulang siswa SD menggunakan kendaraan dinasnya. Ia pun merelakan jam istirahat siang demi mengantarkan siswa itu pulang ke rumah.
Kisah Prajurit TNI yang Antar Pulang Siswa SD di Daerah Pedalaman
"Saya kasihan melihat anak-anak itu begitu jauh bersekolah, sehingga disela-sela jam istirahat siang, saya luangkan waktu mengantar mereka pulang," ujar Afrizal, dalam keterangan foto di Instagram tni_angkatan_darat, Senin (16/10/2017).

Di daerah pedalaman itu, disebut oleh Komandan Kodim 0103/Aceh Utara Letkol Kav Fadjar Wahyudi Broto, memang tidak ada transportasi untuk anak-anak bersekolah.


"Mereka hebat, walaupun perjalanan menuju sekolah cukup jauh, tapi tidak menyurutkan semangat mereka bersekolah," ujat Fadjar yang juga menjabat sebagai Dansatgas TMMD Reguler ke-100.

Anak-anak di daerah pedalaman itu harus menempuh waktu hingga satu jam karena lokasi sekolah yang jauh dari rumah. Mirisnya lagi di musim hujan, mereka harus pergi hanya dengan daun pisang agar tidak kehujanan.

Sumber : Detik (nkn/aud)

Dokumen rahasia Amerika: AS mengetahui skala pembantaian tragedi 1965

Dokumen rahasia Amerika: AS mengetahui skala pembantaian tragedi 1965


Sejumlah dokumen kabel diplomatik Amerika soal tragedi 1965 kembali dibuka ke publik oleh tiga lembaga Amerika, itu menguak sejumlah surat dari dan ke Amerika Serikat terkait pembunuhan massal pasca 1965.

Ketiga lembaga itu adalah National Security Archive (NSA), National Declassification Center (NDC), dkeduanya lembaga nirlaba, dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA).
Dokumen rahasia Amerika: AS mengetahui skala pembantaian tragedi 1965
Dokumen yang dibuka adalah 39 dokumen setebal 30.000 halaman yang merupakan catatan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia sejak 1964 hingga 1968. Isinya antara lain seputar ketegangan antara militer dengan PKI, termasuk efek selanjutnya berupa pembantaian massal.
Nasib rekonsiliasi 'jalan di tempat ' di tengah kegaduhan fobia komunisme
Peristiwa G30S 1965, penumpasan PKI, dan hari-hari sesudahnya

Jokowi perintahkan pencarian kuburan massal korban peristiwa 1965
Data dan fakta ini menguak sebagian tabir yang selama ini masih tertutup rapat dalam sejarah Indonesia. Selama ini, negara, terutama Tentara Nasional Indonesia, mengelak untuk membicarakan atau mengkaji ulang sejarah kelam tragedi 1965.

Fakta yang tersaji dalam dokumen diplomatik Amerika ini membantah narasi tunggal bahwa korban pembantaian tragedi 1965 adalah komunis atau mereka yang memang terkait pembunuhan para jenderal dan upaya pengambil alihan kekuasaan pada 30 September 1965.

Para anggota dan simpatisan PIKI itu "kebingungan dan mengaku tak tahu soal 30 September," tulis laporan diplomatik Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia pada 20 November 1965.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Agus Widjojo mengatakan tidak bisa membantah maupun mengiyakan terjadinya pembantaian pasca 30 September 1965.

"Saya tidak dalam posisi membenarkan atau menolak fakta itu. Tragedi 1965 adalah pertarungan kekuasaan antara PKI dan Angkatan Darat," kata Agus, yang juga putra Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, salah satu dari tujuh korban 30 September 1965.

13 Oktober 1965: Sekelompok mahasiswa Muslim membakar markas Pemuda Rakyat di Jakarta.
Berikut ini adalah beberapa fakta terkait tragedi 1965 yang tersaji dalam laporan diplomatik yang memuat juga soal konfrontasi dengan Malaysia, kondisi Irian Barat, dan perang Vietnam tersebut.

Angkatan Darat 'mempertimbangkan' menjatuhkan Soekarno

Dalam kabel diplomatik Kedutaan AS untuk Indonesia kepada Kementerian Luar Negeri AS di Washington tanggal 12 Oktober 1965 disebutkan bahwa, "Tentara Angkatan Darat Indonesia mempertimbangkan menjatuhkan Soekarno dan mendekati beberapa kedutaan negara-negara Barat memberi tahu soal kemungkinan itu."

Simposium 'anti-PKI': Pensiunan jenderal, kaum radikal dan Haji Lulung
Dalam telegram rahasia itu juga disebutkan, "Jika itu terlaksana, maka itu akan dilakukan dengan gerakan yang cepat tanpa peringatan dan Soekarno akan digantikan kombinasi junta militer dan sipil."

Disebutkan, Angkatan Darat mengharapkan bantuan ekonomi berupa makanan dan lainnya dari negara-negara Barat.

Hal itu terkait perkembangan pada 10 Oktober 1965 yang menyebutkan Soekarno menerima pimpinan Angkatan Darat di Istana yang memberikan laporan soal keterlibatan PKI pada kejadian 30 September. Soekarno menolak membaca dan malah memarahi mereka karena menghina PKI. Para jenderal yang tidak disebutkan namanya itu kemudian meninggalkan Soekarno dengan jengkel.
Sejumlah serdadu, tak jauh dari rongsokan sebuah mobil yang terbakar di hari-hari awal oktober 1965, menyusul gagalnya G30S.

Rencana membunuh Omar Dani
Sutarto, asisten Menteri Penerangan Ruslan Abdulgani, menyampaikan ke diplomat Amerika perlunya mengeksekusi pimpinan PKI dan membunuh Omar Dani yang kala itu menjabat Menteri Panglima Angkatan Udara Indonesia. Itu tercatat dalam kabel dari Kedutaan untuk Kemenlu tanggal 18 Oktober 1965.

Sutarto menyampaikan bahwa gejolak anti-PKI sudah merebak di Medan dan Makassar, sementara Jawa Tengah sedang berada dalam situasi yang kacau. Aksi-aksi anti-PKI ini dilaporkan dipimpin oleh "Angkatan Darat/kelompok Muslim".

"Kita perlu menggantung Aidit, Njoto, dan Lukman di Lapangan Banteng guna menunjukkan ke semua orang seperti apa sebenarnya mereka," kata Sutarto dikutip laporan tersebut.

Bahkan lebih lanjut Sutarto menyebutkan, "Omar Dani harus meletakkan jabatannya atau kita harus membunuh dia." Ada pejabat AU lain yang juga disebut harus dicampakkan, yakni Sri Muljono, Suryadarma, dan Abdoerachmat.
Tentara menangkap dan memamerkan sejumlah orang yang diduga anggota dan simpatisan PKI di Blitar, Jawa Timur salah satunya adalah Putmainah, tokoh Gerwani dan anggota DPRD dari Fraksi PKI di Blitar.


Adnan Buyung Nasution turut melemahkan PKI dan Soekarno

Adnan Buyung Nasution ketika itu adalah seorang jaksa berusia 31 tahun. Dalam perbincangannya dengan Sekretaris Kedua Kedutaan Amerika Robert Rich, Buyung mengatakan perlunya terus menyasar organisasi-organisasi komunis guna menghancurkan kekuatan PKI.

Buyung juga mengatakan bahwa "tentara telah mengeksekusi banyak orang komunis, namun fakta itu harus disembunyikan."

"Represi tentara terhadap PKI harus disembunyikan dari Soekarno," kata Buyung seperti ditulis telegram Kedutaan Amerika untuk Kemenlu tanggal 23 Oktober 1965.

Buyung yang disebutkan dua kali mendatangi Kedutaan untuk berdiskusi yakni pada 15 dan 19 Oktober 1965, juga menyampaikan informasi lainnya. "Beberapa elemen tentara berencana membebaskan pimpinan Masjumi dan PSI yang dipenjara sejak pemberontakan PRRI," tulis laporan tersebut. Namun Buyung mengangap situasi politiknya trlalu pelik di luar, sehingga tampaknya mereka leboih aman tetap berada di penjara ketimbang di tempat lain.

Dalam biodatanya Buyung disebutkan sebagai asisten pribadi jaksa agung sejak 1964 dan pernah bekerja di intelejen kejaksaan. Pada 1961, Buyung adalah perwakilan kejaksaan yang bertanggung jawab pada perencanaan keamanan bagi Jaksa Agung Robert Kennedy yang akan berkunjung ke Indonesia.

Kerusuhan rasial menyasar etnik Tionghoa
Seiring propaganda anti-PKI yang diusung Angkatan Darat, sentimen anti-Cina juga berkembang luas di Sulawesi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Warga Indonesia keturunan Tionghoa menjadi korban kekerasan dan dituding adalah pendukung, bahkan, anggota PKI.

Telegram Kedutaan untuk Kemenlu 12 November 1965 menyebutkan, "90 persen toko-toko milik orang Tionghoa di Makassar dijarah dan dihancurkan pada kerusuhan 10 November yang dilakukan hampir seluruh penduduk." Bahkan lebih jauh lagi, alat-alat produksi milik orang Tionghoa diambil paksa tentara.

Dalam kabel diplomatik untuk Kemenlu pada 7 Desember 1965 memuat informasi bahwa aset orang Tionghoa disita tentara. Menteri Pertanian Sudjarwo mengumumkan bahwa penggilingan beras dan pabrik tekstil orang Tionghoa diambil alih militer masing-masing wilayah.

Kader PKI tidak tahu apa yang sedang terjadi
Dalam telegram Kedutaan ke Kemenlu 20 November 1965, digambarkan bahwa kader-kader PKI kebingungan, tidak mengerti apa yang terjadi, dan tidak tahu harus berbuat apa. Informasi didapat diplomat Amerika dari seorang jurnalis Australia yang dapat dipercaya.

Si jurnalis yang disebutkan itu adalah jurnalis Barat pertama yang mengunjungi Jawa Tengah, yakni pada 10 Oktober 1965. "Dia berbicara dengan kader-kader PKI di beberapa tempat di Jawa Tengah," tulis laporan itu.

Informasi serupa dikonfirmasi Konsuler Politik Kedutaan Yugoslavia yang mengatakan terlibat kontak secara rutin dengan aktivis PKI. Si aktivis sama sekali tidak panik dan tetap percaya Soekarno akan melindungi mereka. "Mereka tidak akan bertindak tanpa perintah Soekarno," ujar sang diplomat.
Serdadu mengawasi para tahanan yang diduga komunis di sebuah lokasi di Tangerang, Oktober 1965



Jihad membantai ribuan orang di daerah

26 November 1965 laporan dari Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya menyebutkan terus mendapatkan laporan pembantaian di berbagai wilayah di Jawa Timur oleh Ansor. Di Tulungagung setidaknya 15.000 komunis dibunuh.

"Pembantaian diwarnai dengan Perang Suci (jihad): membunuh kafir akan memberi tiket ke surga dan jika darah korban diusapkan ke wajah, maka akan lebih terjamin (masuk surga)," tulis laporan tersebut.

Angkatan Darat persenjatai Hansip untuk bunuh PKI
Selain kelompok-kelompok Islam, Angkatan Darat juga mempersenjatai pertahanan sipil atau Hansip sebagai kekuatan memerangi PKI. Dalam laporan Konsulat Jenderal Amerika di Medan menyebutkan hal itu dilakukan untuk meningkatkan peran pengawasan di kota maupun pedesaan.

Prajurtit TNI berjaga di depan Istana Bogor, saat sejumlah mahasiswa berbagai kalangan yang berusaha mendekati Presiden Soekarno.



"Ketika ini dilaksanakan, rantai komando militer bertambah luas hingga setiap desa yang ada di Sumatera," tulis laporan tersebut.

Tak sampai di situ, pemuda yang berusia 8-13 tahun diwajibkan ikut Pramuka yang dikontrol tentara. "Secara singkat, Sumatera dengan cepat berubah menjadi tanah tentara."

Sumber : BBC

Kategori

Kategori