Pertimbangkan Lanjutkan Latihan Militer dengan Korsel, AS Ingkar Janji pada Korea Utara?

Pertimbangkan Lanjutkan Latihan Militer dengan Korsel, AS Ingkar Janji pada Korea Utara?

Washington DC - Amerika Serikat, pada Selasa 29 Agustus 2018, mengatakan sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melanjutkan kembali latihan militer gabungan dengan Korea Selatan tahun depan, hanya beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan dialog soal denuklirisasi dengan Korea Utara.

Dalam pertemuan puncak dengan Kim Jong-un di Singapura pada Juni 2018, Trump membuat keputusan yang mengejutkan untuk menghentikan sementara latihan tersebut setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan berkomitmen untuk berusaha mendenuklirisasi Semenanjung Korea.

Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan pada sebuah konferensi pers di Pentagon, penghentian sementara latihan itu merupakan isyarat niat baik terhadap Korea Utara, namun bukan merupakan komitmen yang tidak ada batas waktunya.

"Kami saat ini tidak memiliki rencana untuk menghentikan lagi latihan itu," kata Mattis, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (30/8/2018).


Menyusul pertemuan puncak pada Juni 2018, Trump sesumbar bahwa kesepakatan yang dibuatnya denga Kim Jong-un di Singapura merupakan prestasi bersejarah dan mengunggah sebuah pernyataan di Twitter yang menyebutkan bahwa "tidak ada lagi ancaman nuklir dari Korea Utara."

Namun, baru-baru ini, presiden membatalkan rencana kunjungan Menlu AS Mike Pompeo ke Korea Utara pekan ini, setelah di hadapan publik mengakui untuk pertama kali bahwa perundingan untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara mengalami kebuntuan karena Pyongyang menuntut terlalu banyak pelonggaran sanksi sementara hanya membuat kemajuan kecil.

Trump juga beralasan bahwa Pyongyang menentang seruan Washington untuk melakukan denuklrisasi sepenuhnya sebelum mendapat konsesi.

Presiden Trump juga menyalahkan China atas kurangnya kemajuan yang dicapai terkait denuklirisasi. Ia menuding Beijing melonggarkan tekanan terhadap pemerintah Kim Jong-un dengan tidak bersungguh-sungguh memberlakukan sanksi-sanksi PBB yang merintangi 90 persen perdagangan Korea Utara.
Surat kabar Korea Utara menuduh Amerika Serikat "merencanakan plot kriminal untuk berperang dengan DPRK (singkatan nama resmi Korut) ... sementara mereka terus mengupayakan dialog dengan senyum di wajahnya" pada Minggu 26 Agustus 2018 lalu, menyusul laporan di radio Korea Selatan bahwa pasukan AS di Jepang menjalankan latihan yang ditujukan untuk menyerang Pyongyang.

"Kami mencatat serius sikap bermuka dua AS, ketika mereka sibuk melakukan latihan perang khusus rahasia dengan di satu sisi mengupayakan dialog (dengan Korut) dengan senyum di wajahnya," tulis kolom editorial surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun yang dikelola pemerintah, seperti dikutip dari CNN, Selasa 28 Agustus 2018.

Mengutip laporan radio Korea Selatan, Rodong Sinmun menyebut bahwa pasukan khusus AS dikirim dari Filipina ke Jepang untuk melakukan latihan simulasi invasi.

"AS akan keliru jika menganggap dapat menggertak sebuah negara melalui diplomasi peperangan yang biasa digunakan sebagai senjata maha kuasa di masa lalu dan mencapai niat jahatnya," tambah laporan Rodong Sinmun.

Di lain pihak, US Forces Japan (USFJ), detasemen militer AS di Jepang, mengatakan kepada CNN bahwa mereka "tidak mengetahui ada pelaksanaan latihan" seperti yang disebutkan dalam laporan media Korea Utara dan Korea Selatan.

"Secara umum, pesawat dan kapal AS beroperasi dari Jepang setiap hari untuk mendukung komitmen kami kepada sekutu dan mitra kami di kawasan ini dan demi kepentingan perdamaian dan keamanan regional," Kolonel John Hutcheson, Humas USFJ, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Retorika keras dari Pyongyang diutarakan hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump membatalkan rencana Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo untuk melaksanakan kunjungan keempat ke Korea Utara, demi menindaklanjuti prospek denuklirisasi di Semenanjung Korea.

"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," kata Trump pada hari Jumat.

"Menteri Pompeo berharap untuk pergi ke Korea Utara dalam waktu dekat, kemungkinan besar setelah hubungan perdagangan kita dengan China teratasi."

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Kang Kyung-hwa dan Menlu Pompeo telah berbicara melalui telepon pada hari Sabtu 25 Agustus untuk membahas batalnya perjalanan itu dan bagaimana arah prospek dialog antara AS-Korea Utara dan AS-Korea Selatan ke depannya.

Menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Kang Kyung-hwa menyebut pembatalan itu sangat "disesalkan" sementara Pompeo menegaskan kembali posisi AS bahwa ia akan terus memantapkan kerja sama Korea Selatan-AS.

Berkomentarlah Dengan Bijak
EmoticonEmoticon