Long March Siliwangi, Perjalanan Panjang Prajurit Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat

Long March Siliwangi, Perjalanan Panjang Prajurit Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat

Sejarah. Long March Siliwangi, adalah salah satu peristiwa paling fenomenal dalam perjalanan bangsa Indonesia khususnya bagi Tentara Nasional Indonesia. Long March Siliwangi adalah peristiwa pindahnya pasukan Siliwangi dari Yogyakarta dan sekitar Jawa Tengah yang bergerak kembali ke Jawa Barat pada bulan Februari 1949.

Awalnya, pasukan Siliwangi yang ada di Jawa Barat diperintah untuk pindah atau hijrah ke Yogyakarta oleh Panglima Soedirman karena hasil dari perjanjian Renville yang mengharuskan Indonesia menyerahkan Jawa Barat kepada pihak Belanda. Tak hanya para prajurit Siliwangi saja yang hijrah ke Yogyakarta, banyak dari keluarga, istri dan anak mereka yang kemudian menyusul ke Yogyakarta dan sekitaran Jawa Tengah.

Sebelumnya, pemerintah Republik dan Belanda menyepakati sebuah perjanjian di atas Kapal Renville di Teluk Jakarta yang isinya antara lain, Jawa Barat diserahkan pada Belanda. Sebagai konsekuensinya, pasukan Divisi Siliwangi harus meninggalkan Jawa Barat dan pindah ke Yogyakarta yang sesuai dengan isi perjanjian adalah menjadi milik pemerintah Indonesia. Saat itu, Yogyakarta juga adalah Ibukota Indonesia. Prajurit Divisi Siliwangi lantas melakukan long march ke Yogyakarta.

Saat berada di Yogya, pasukan Siliwangi mendapat perintah untuk memadamkan pemberontakan PKI Muso atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Madiun 1948. Setelah bertempur melawan pasukan Muso, seharusnya prajurit-prajurit Siliwangi kembali ke Yogya dan Jawa Tengah untuk bergabung dalam kantung-kantung perlawanan TNI yang sedang bergerilya menghadapi Belanda dan terbagi dalam beberapa kesatuan Wehkreise.
Iring-iringan Prajurit Divisi Siliwangi saat kembali ke Jawa Barat
Bertepatan dengan itu, pada 19 Desember 1948, Belanda juga melancarkan Agresi Militer II dan menguasai Yogyakarta. Segera saja Panglima Soedirman mengeluarkan perintah melalui instruksi Panglima Besar yang dikenal dengan Perintah Siasat No. 1, agar pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat untuk kemudian bergabung dengan pasukan lainnya dan melakukan perlawanan. Beberapa sejarawan menuliskan, Perintah Siasat No.1 ini disebut juga dengan Sandi Aloha.

Sejak itu, pasukan Siliwangi yang terdiri dari beberapa kompi di bawah pimpinan Letnan Kolonel Daan Yahya ini lantas bergerak kembali ke Jawa Barat. Pasukan Divisi Siliwangi ini juga membawa serta seluruh anggota keluarganya dan berjalan kaki selama kurang lebih dua bulan lamanya. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu peristiwa paling dramatis dan heroik dari para pejuang Indonesia saat perang mempertahankan kemerdekaan.

Sebuah perjalanan yang tentunya penuh mara-bahaya dengan melintasi gunung, hutan, lembah, jurang dan juga sungai yang penuh tantangan. Tak hanya ancaman binatang buas, di belakang mereka juga ada pasukan Belanda dari Batalyon Infanteri-V KNIL atau yang dikenal dengan sebutan Anjing Nica yang terus membuntuti dan memberi ancaman nyata pada mereka.

Tentunya Long March Siliwangi kembali ke Jawa Barat ini sangat berbeda dengan saat mereka hijrah ke Yogyakarta yang mendapat pengawalan dan jaminan keselamatan dari Belanda karena isi perjanjian Renville. Dalam perjalanannya kembali ke Jawa Barat, pasukan Anjing NICA Belanda adalah sebuah ancaman yang nyata bagi pasukan Siliwangi dan seluruh anggota keluarga, istri dan anak-anaknya.

Pasukan Belanda yang mengikuti iring-iringan prajurit Siliwangi juga terus mengintimidasi dan melakukan penyerangan. Pada suatu malam, pasukan Siliwangi dan pasukan Belanda yang membututi tanpa sengaja berpapasan hingga pecahlah sebuah pertempuran di malam yang gelap. Desingan peluru pun saling bersahutan dan membuat suasana yang gelap semakin mencekam.

Meski tak ada korban jiwa, namun Panglima Siliwangi Letkol Daan Yahya dan Komandan Batlyon ditangkap Belanda. Saat menghadapi Anjing NICA Belanda, prajurit-prajurit Siliwangi ini juga harus berusaha melindungi para wanita dan anak-anak yang turut serta.

Namun demikian, beratnya medan yang dilalui ini tak menghalangi prajurit-prajurit Siliwangi untuk terus berjalan menuju tanah Jawa Barat yang dirindukan, sekaligus mengemban perintah dari Panglima Soedirman. Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat untuk kembali menuju medan pertempuran, karena secara sepihak Belanda telah melanggar perjanjian.

Jalan terjal yang tak masuk akal dan pasukan Anjing NICA Belanda yang mengancam nyawa mereka, bukanlah suatu halangan dan tetap dihadapi dengan gagah berani. Prajurit-prajurit Divisi Siliwangi adalah pejuang yang tangguh, dari mereka pula kelak dikemudian hari lahir satu pasukan khusus milik TNI AD yang paling disegani di dunia, yakni Kopassus.

Sejarah juga mencatat sebuah pertempuran sengit yang melibatkan pasukan Siliwangi dan tentara Belanda di perbatasan Sumedang hingga Tanjungsiang, Subang. Selain kembali ke pos utama di beberapa kota, sebagian Kompi pasukan Siliwangi juga menyebar ke seluruh Jawa Barat hingga daerah perbatasan DKI. Sebagian dari mereka melalui rute Sumedang-Subang hingga Ciasem untuk kembali ke pos perjuangannya.

Seorang sejarawan dalam bukunya berjudul Long March Siliwangi yang diterbitkan oleh Kata Hasta Pustaka pada 2007 menuliskan, Kolonel TB Simatupang yang tanpa sengaja ikut dalam rombongan Siliwangi menyaksikan peristiwa tragis yaitu hilangnya istri dan anak-anak dari beberapa prajurit Siliwangi yang terseret arus saat mereka menyebrangi sungai yang sedang banjir.

TB Simatupang sendiri bergabung bersama rombongan setelah selamat dari penculikan pasukan Belanda di Yogyakarta. Dalam buku tersebut, tergambar betapa berat perjuangan prajurit-prajurit Divisi III Siliwangi yang hendak kembali dan berjuang di tanah kelahirannya di Jawa Barat,

Perjalanan Panjang pasukan Siliwangi yang membawa serta seluruh anggota keluarga dengan berjalan kaki sekitar dua bulan lamanya menuju Jawa Barat, adalah perjuangan patriot-patriot bangsa demi mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan yang akan dikenang untuk sepanjang masa, perjuangan putera-putera Tatar Sunda demi negara yang dicintainya. mch

Berkomentarlah Dengan Bijak
EmoticonEmoticon