Canggihnya Airtronic RPG-7, Buatan Amerika Serikat dikolaborasi Teknologi Rusia

Canggihnya Airtronic RPG-7, Buatan Amerika Serikat dikolaborasi Teknologi Rusia
 

RPG-7 (Ruchnoy Protivotankoviy Granatomyot-7) atau roket peluncur granat anti tank adalah senjata yang simpel, ringan dan terutama pembunuh tank yang paling ampuh. Cara kerjanya simpel, cukup pasang hululedak dengan batang propelan, masukkan ke dalam tabungnya, bidik, dan tarik pelatuk maka roket akan meluncur ke arah sasaran.

RPG-7 sangat simpel, tidak heran begitu banyak faksi bersenjata di dunia menggunakannya. Tabungnya pun bisa digunakan berkali-kali, menjadikan senjata ini mudah dan murah untuk digunakan. Lalu bagaimana kalau RPG-7 kena sentuhan teknologi barat? Kredo mengatakan, don’t invent on simple things, jangan kembangkan sesuatu yang sudah sederhana dan bekerja baik.
Canggihnya Airtronic RPG-7, Buatan Amerika Serikat dikolaborasi Teknologi Rusia

Amerika Serikat tidak pernah bisa mengembangkan senjata anti tank sesimpel dan sama mematikannya seperti RPG-7. Jadi kalau tidak bisa menyaingi, lebih baik tiru saja! Ini adalah salah satu bentuk pengakuan kalau RPG-7 adalah sebuah sistem senjata yang selamanya akan terpatri di medan laga.

Akan tetapi, satu perusahaan bernama AirTronic USA, LLC merasa bahwa RPG-7 masih bisa dikembangkan menjadi sesuatu. Mereka tidak mengutak-atik sistem hululedak dan cara kerjanya, tetapi lebih kepada sisi kosmetiknya, bagaimana meng-Amerikakan peluncur roket tersebut. Caranya ya dengan menambahkan rel aksesoris pada RPG-7 agar bisa ditempeli macam-macam aksesori, terlepas dari apakah memang dibutuhkan.

Maka, AirTronic pun merilis dua macam produk yaitu PSRL-1 atau Precision Shoulder-Fired Rocket Launcher dan GS-777 Lightweight Shoulder Fired Recoilless Launcher. Kedua produk itu dibanggakan sebagai made in USA. PSRL sendiri merupakan RPG-7 buatan dalam negeri dengan bahan 4140/4150 Ordnance Steel yang dimodifikasi dengan sistem rel Picattinny pada kuadran atas untuk memasang optik, dan kuadran bawah untuk memasang grip belakang untuk membantu menstabilkan penembakan, serta pemasangan perisai penahan panas dari bahan polimer menggantikan kayu. Bobot PSRL-1 hanya 6,35kg atau lebih ringan dari RPG-7V2.

PSRL pada gilirannya dikembangkan berkali-kali sehingga pada bentuk akhirnya seperti dipamerkan dalam AUSA 2017 bentuknya sudah ekstrim, dengan banyak sekali rel Picattinny di empat kuadran, terpasang berlapis depan belakang, entah aksesori apa yang mau ditempelkan di sana. Ada pula kaki-kaki penstabil yang bisa dipasang, mirip dengan RPG-7 versi Bulgaria yang dibeli oleh Korp Marinir TNI AL. Bedanya, kaki-kaki yang dipasang sebenarnya menggunakan kaki-kaki untuk senapan runduk atau sniper.

Sementara GS-777 sendiri adalah varian ringan dari PSRL-1 dengan bobot 7,77 pon saja atau 3,5 kilogram, karena material yang digunakan. GS-777 dibuat dengan tabung baja yang lebih tipis, kemudian dilapisi lagi dengan polimer agar bobot totalnya bisa diturunkan. Daya tahannya mencapai 500 kali penembakan, atau hanya setengah dari PSRL-1 yang punya umur 1.000 kali penembakan.

Untuk optik bidik, AirTronic menyediakan optik bidik PSRL 3,5x24mm, tetapi kalau mau lebih sederhana bisa menggunakan optik reflex seperti EOTech 551/552 atau Trijicon RMR, atau cukup pejera mekanik lipat saja, karena memang tidak butuh alat canggih untuk mengarahkan roket yang bisa menjangkau jarak sampai 800-1.000 meter ini.

Canggihnya Airtronic RPG-7, Buatan Amerika Serikat dikolaborasi Teknologi Rusia


AirTronic USA sendiri sebenarnya mengincar pasar untuk bantuan militer AS kepada negara-negara dunia ketiga eks pengguna senjata Blok Timur. Dengan adanya PSRL-1, maka AS tidak usah susah-susah membeli senjata dari negara lain. AirTronic sendiri bahkan berencana memproduksi hululedak RPG-7 di dalam negeri bekerjasama dengan pabrik Chemring USA. Induk pasukan khusus AS USSOCOM dikabarkan sudah mengujicoba sistem roket ini untuk menguji kesesuaiannya digunakan di lapangan.

Sejauh ini, strategi AirTronic USA dengan PSRL-1 dan GS-777 nampaknya berhasil. Sejumlah negara berbondong-bondong mengakuisisinya. Filipina dan Peru tercatat mengakuisisinya, dengan Filipina membeli 400 unit pada tahun 2014. Apakah TNI tertarik untuk menambah stok RPG-7nya dengan PSRL-1 atau malah GS-777? (Aryo Nugroho/UC News)

Berkomentarlah Dengan Bijak
EmoticonEmoticon